Mengapa Sriwijaya Menjadi Kerajaan Maritim Yang Kuat Di Asia Tenggara

Mengapa Sriwijaya Menjadi Kerajaan Maritim Yang Kuat Di Asia Tenggara – Tahukah Anda kalau Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah menaklukkan nusantara? Dikatakan juga sebagai kerajaan maritim terbesar di Indonesia. Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sansekerta. Sri artinya cahaya dan Wijaya artinya kemenangan. Jika kita simpulkan, arti nama Sriwijaya adalah kemenangan gemilang.

Kerajaan Melayu terletak di Pulau Sumatera dan berbatasan dengan Thailand, Kamboja, Semenanjung Malaka dan juga Pulau Jawa. Hal ini membuat nama Kerajaan Sriwijaya sangat populer di nusantara dan di kalangan asing. Ada laporan bahwa pedagang dari Tiongkok dan Arab Saudi biasa berdagang di Sriwijaya. Menurut pemberitaan lain dari India, Kerajaan India sendiri mempunyai kerjasama dengan Sriwijaya. Tak heran jika Kerajaan ini sangat berkuasa di nusantara.

Mengapa Sriwijaya Menjadi Kerajaan Maritim Yang Kuat Di Asia Tenggara

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya tak lepas dari para sultan yang bertahta di sana. Berikut raja-raja yang menuliskan sejarah besar Sriwijaya.

Sejarah Malaka, Kerajaan Maritim Yang Kaya Tanpa Hasil Produksi

Beliau adalah raja kerajaan Sriwijaya yang menguasai Pulau Jawa dan Melayu. Dapunta Hyang dikenal juga dengan nama Sri Jayanasa yang memegang tahta kerajaan pada tahun 671 Masehi.

Kelanjutan kepemimpinan Sri Jayanasa. Pada tahun 728 hingga 742 M, tahta Vijaya berada di tangan Rudra Wikrama. Dengan pemimpin ini dia mengirim garnisun ke Tiongkok.

Kemudian pada tahun 775 Masehi. Ia digantikan oleh Sri Maharaja. Dari kekuasaannya, Thailand dan Kamboja berhasil diduduki. Pada tahun 734 M Sriwijaya diperintah oleh Maharaja dan kemudian digantikan oleh Balaputradewa pada tahun 860 M.

Kerajaan Sriwijaya berdiri di bawah pemerintahan Raja Balaputradewa pada tahun 836 Masehi. Raja berhasil mendongkrak perekonomian, kebudayaan, dan pendidikan. Beliau merupakan pemimpin armada besar Sriwijaya. Menciptakan jalur transportasi yang aman dan tenteram. Banyak pengusaha juga tinggal di sana. Perkembangan perekonomian Sriwijaya berasal dari perdagangan, pajak dan pembayaran pajak. Hingga akhirnya kerajaan makmur.

Ini Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Ia sangat tertarik dengan literatur militer dunia. Ia suka mengoleksi berbagai jenis suku cadang mesin skala kecil, terutama jenis Diecast skala 1/72. Rakitan mulai dari jet tempur hingga mesin antipesawat, biasanya dalam diecast skala 1/72.

Karena Amerika Serikat membutuhkan kerja sama dengan Rusia di Suriah), Washington kemungkinan besar akan “menyerahkan” Moskow, termasuk mencabut sanksi.

Situs berita militer. Menyediakan berita militer terkini dari seluruh dunia, kisah nyata di dunia militer, serta foto dan video militer dari dalam negeri. Keakuratan artikel ini masih kontroversial dan artikel ini harus ditinjau, dengan informasi tambahan yang kredibel. Pembahasan terkait dapat dibaca pada halaman diskusi. Harap konfirmasikan keakuratan artikel ini dengan penulis tertentu. Lihat pembahasan artikel ini di halaman pembicaraan. (Cari tahu bagaimana dan kapan menghapus contoh pesan ini)

Sriwijaya merupakan kerajaan maritim bersejarah yang muncul di Pulau Sumatera sekitar abad ke-7 hingga ke-11. Kehadirannya memberikan pengaruh yang besar terhadap sejarah perkembangan Asia Selatan (khususnya di wilayah kepulauan bagian barat).

Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim? Simak Jawabannya

Dengan demikian nama Sriwijaya berarti “kemenangan gemilang”. Letak ibu kota Sriwijaya ini tepat terletak di palembang, tepatnya di tepian sungai musi.

Bukti pertama keberadaan Kerajaan ini berasal dari abad ketujuh. Seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang I Tsing menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal selama enam bulan.

Selain itu, prasasti tertua yang berkaitan dengan Sriwijaya juga ditemukan pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukani Bukit di Palembang bertanggal 682.

Meskipun kerajaan ini pernah dianggap sebagai negara thalassocracy, penelitian baru menunjukkan bahwa Sriwijaya adalah negara daratan dan bukan kekuatan maritim. Armada tersedia, namun berfungsi sebagai sumber transportasi untuk memfasilitasi penyediaan energi terestrial. Menyikapi perubahan ekonomi maritim Asia dan ancaman hilangnya kekuatan, kerajaan-kerajaan di sekitar Selat Malaka mengembangkan strategi angkatan laut untuk melakukan kemunduran. Kebijakan angkatan laut kerajaan-kerajaan di sekitar Selat Malaka tentu saja dikenai sanksi untuk memaksa kapal-kapal kargo masuk ke pelabuhannya. Kemudian strategi angkatan laut kerajaan-kerajaan ini jatuh pada armada bajak laut.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Maritim Terbesar Di Indonesia

Belakangan, kerajaan tersebut dilupakan dan keberadaannya ditemukan pada tahun 1918 oleh sejarawan Perancis Georges Cœdès dari École francaise d’Extrême-Orient.

Masih belum ada kenangan tentang Sriwijaya dalam sejarah Indonesia. Pengabaian masa lalu dihidupkan kembali oleh orang-orang asing. Masyarakat Indonesia modern belum mendengar tentang Sriwijaya hingga tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis Georges Cœdès menerbitkan temuannya di jurnal Belanda dan Indonesia.

Coedès menyatakan bahwa kata dalam bahasa Cina untuk “San-fo-ts’i” sebelumnya diucapkan “Sribhoja”, dan banyak prasasti dalam bahasa Melayu Kuno merujuk pada kerajaan yang sama.

Sejarah Sriwijaya diambil dan disusun dari dua sumber utama. Sejarawan Tiongkok dan beberapa prasasti Asia Selatan ditemukan dan diterjemahkan. Perjalanan para biksu I Ching sangat menarik dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi Kerajaan tersebut selama enam bulan pada tahun 671. Kumpulan prasasti sdhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Bangka juga menjadi sumber sejarah penting. . Ditambah berita lokal yang beberapa diantaranya mendekati legenda seperti kisah Raja Zeba dan Raja Khmer juga memberikan informasi mengenai Lux juga. Selain itu, catatan beberapa peziarah India dan Arab juga secara samar-samar menggambarkan kekayaan besar Raja Zabag. Sejarah Zabag-Khmer didasarkan pada kekuasaan Kamboja, bukan Sriwijaya Kamboja.

Perkembangan Jalur Transportasi Laut Indonesia

Sriwijaya merupakan simbol kebesaran pulau asli Sumatera dan salah satu kerajaan terbesar di nusantara. Pada abad ke-20, hubungan antara kaum nasionalis Sriwijaya dan Majapahit dibuat untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan Belanda pra-kolonial.

Sriwijaya disebut dengan berbagai nama. Orang Cina menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Orang Arab menyebutnya Sribuza, bahasa Melayu Khmer. Banyaknya istilah menjadi alasan lain mengapa Sriwijaya sulit ditemukan.

Dalam dunia usaha, Sriwijaya menguasai jalur perdagangan antara India dan China, yakni Selat Malaka dan Selat Sanda. Bangsa Arab menyadari bahwa Sriwijaya mempunyai berbagai keunggulan seperti kapur barus, gaharu, caryophyllum, pala, pepaya, gading, emas, dan timah sehingga menjadikan Sriwijaya sebagai raja terkaya di India.

Kekayaan tersebut membuat Sriwijaya membeli kesetiaan para bangsawan di seluruh Asia Timur. Bertindak sebagai pintu gerbang atau pelabuhan utama di Asia Tenggara dengan restu, persetujuan dan perlindungan kaisar Tiongkok untuk perdagangan dengan Tiongkok, Sriwijaya terus menguasai jaringan perdagangan maritim dan mengendalikan pelayaran antara Tiongkok dan India.

Mataram Kuna: Agraris Atau Maritim

Untuk itu, Sriwijaya harus menjaga penguasaan perdagangannya dengan terus memantau – dan bila perlu – melakukan perlawanan terhadap pelabuhan di negara tetangga. Kebutuhan untuk mempertahankan monopoli perdagangan mendorong Sriwijaya melancarkan misi militer untuk merebut pelabuhan-pelabuhan di sekitarnya dan menariknya ke dalam mandala Sriwijaya. Pelabuhan Malayu di Jambi, Kota Kapur di Pulau Bangka, pelabuhan Tarumanagara dan Sunda di Jawa Barat, Kalinga di Jawa Tengah, pelabuhan Kedah dan Chaiya di Semenanjung Malaya adalah beberapa pelabuhan yang ditaklukkan dan diserap. di Sriwijaya. Otoritas. Dalam sejarah Champa disebutkan adanya serangkaian ekspedisi angkatan laut yang berasal dari Pulau Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin armada penyerbuan Sriwijaya yang dimaksud, karena pada saat itu Dinasti Syailendra berada di wilayah Jawa bagian mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk memonopoli perdagangan maritim di Asia Tenggara dengan menyerang para pedagang saingannya. Sriwijaya juga sukses dalam perdagangan pada tahun 670 hingga 1025 Masehi.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin hubungan dagang dengan dunia Arab. Ada kemungkinan bahwa Duta Besar Maharaja Sri Indrawarman yang mengirimkan surat kepada Umar bin Abdul-Aziz, khalifah dari Bani Umayyah pada tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak berkulit hitam) dan kemudian disebutkan dalam sejarah Tiongkok. Shih-li-fo-shih bersama Raja Shih-li-t-‘o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah kepada pangeran Cina berupa ts’engchi (identik dengan Zanji dalam bahasanya). Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, antara jatuhnya Dinasti Tang dan kebangkitan Dinasti Song, perdagangan dengan negara asing menyebar dengan cepat, terutama ke Fujian, Ming, dan Nanhan, yang kaya di Guangdong. Tidak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

Pada masa ini diperkirakan masyarakat Sriwijaya mulai mengenal PEPO (Citrus woolly (Thunb.) Matsum. & Nakai) yang masuk melalui perdagangan mereka.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya Dan Jejak Peninggalannya

Sebelumnya Sriwijaya diasumsikan sebagai kekuatan maritim yang dekat dengan masyarakat dan budaya masyarakat Selat Malaka. Ada asumsi bahwa terbentuknya negara yang sukses dan kepemimpinan di Selat Malaka berkaitan langsung dengan kemampuan berpartisipasi dalam operasi maritim internasional, yang berarti negara tersebut dapat mengembangkan dan mempertahankan lingkaran kekuasaannya, baik korps maupun angkatan laut. Namun survei terhadap data yang tersedia menunjukkan bahwa asumsi tersebut tidak benar. Informasi tentang aktivitas maritim sangat langka, dan penyebutan armada tersebut hanya terdapat dalam sumber yang tidak lengkap. Selain itu, aspek material kelas Asia Selatan baru diketahui pada abad ke-15, perhatian para sarjana sebagian besar terfokus pada teknik manufaktur.

Dalam prasasti Kedukan Bukit (683 M) disebutkan bahwa hanya 312 orang yang berada di dalam perahu dari total kekuatan 20.000 orang, termasuk 1.312 prajurit infanteri. Banyaknya jumlah pasukan infanteri menandakan TNI Angkatan Laut Sriwijaya hanya berperan sebagai penyedia logistik kecil-kecilan. Pada abad ke-8, kemampuan angkatan laut Sriwijaya ditingkatkan sebanding dengan angkatan daratnya, meski hanya berfungsi sebagai pendukung logistik.

Lebih lanjut, tidak adanya nama kapal yang mewakili keperluan umum dan militer menunjukkan bahwa TNI AL tidak mempunyai kedudukan tetap di Selat Malaka. Bahkan ketika negara-negara tetangga penaklukan Asia, khususnya Jawa pada abad ke-10 dan ke-14 dan Chola India pada abad ke-11, mulai mengembangkan kapalnya, kekuatan angkatan laut Sriwijaya terbilang lemah. Pada titik ini, Song XI dan Wen Xian memperhatikan Tong Kao.

Kenapa sriwijaya disebut kerajaan maritim, mengapa sriwijaya disebut kerajaan maritim, mengapa kerajaan sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim, danau di asia tenggara, wisata di asia tenggara, asia tenggara maritim, mengapa kerajaan sriwijaya mengalami kemunduran, kerajaan terbesar di asia tenggara, bendera di asia tenggara, kerajaan di asia tenggara, mengapa kerajaan sriwijaya dapat berkembang menjadi negara maritim yang maju, mengapa singapura menjadi negara maju di asia tenggara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *